Photobucket

Kamis, 08 September 2011

Mujahidin Ash-Shabab Somalia Memberikan Bantuan Kepada Ribuan Pengungsi

"Berita ini dimuat untuk mengklarifikasi informasi - informasi yang diseberkan oleh media di Indonesia tentang Harakah Ash-Shabab. Media di Indonesia memojokan Ash-Shabab dan menyebut Ash-Shabab sebagai ekstrimis. Selain itu, Ash-Shabab juga dianggap sebagai penyebab utama atas bencana kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di Somalia."

 Bersamaan dengan terus mengalirnya para pengungsi (muhijirin), khususnya anak-anak kecil, ke kamp pengungsian Alu Yasir di propinsi Islam Syabili Sufla, Jaisyul ‘Usrah yang tergabung dalam Harakah Shabab Mujahidin  pada senin, (05/09/2011) membagi-bagikan hadiah dan bantuan makanan kepada lebih dari 10.000 anak-anak di kamp pengungsian tersebut. Program ini merupakan bantuan pangan secara bertahap oleh Jaisyul ‘Usrah kepada 10.000 anak-anak.
Jaisyul Usrah memberangkatkan truk-truk yang mengangkut berton-ton makanan ke kamp pengungsian Alu Yasir di wilayah K-50 untuk membagi-bagikan makanan kepada ribuan anak-anak yang tinggal di kamp tersebut. Secara bertahap, Jaisyul Usrah memulai program bantuan makanan untuk menyelamatkan anak-anak Somalia dari bencana gizi buruk. Sambil membagi-bagikan makanan, seorang komandan militer senior Jaisyul Usrah mengatakan:
“Makanan yang kami bawa pada hari ini kami tujukan untuk dibagi-bagikan kepada 10.000 anak kecil yang tinggal di kamp pengungsian ini. Ini adalah distribusi perdana yang akan disusul dengan program-program serupa yang kami tujukan untuk memberikan bantuan makanan kepada anak-anak miskin dan orang-orang yang menghadapi ancaman gizi buruk di berbagai kamp pengungsian yang dikelola oleh mujahidin di Somalia bagian selatan.
Bingkisan yang kami distribusikan saat ini terdiri dari susu kental Budrah, kurma, biscuit, dan coklat.”
Dengan dukungan dan arahan Jaisyul Usrah, program bantuan makanan secara bertahap dilakukan atas kerjasama dengan organisasi bantuan mujahidin untuk bencana kekeringan, yang mengkoordinasikan aksi bantuan di seluruh kamp pengungsian di Somalia bagian selatan.

Pusat koordinasi bertempat di kamp pengungsian Alu Yasir yang didirikan oleh Harakah Ash-Shabab Mujahidin , yang merupakan kamp terbesar di Somalia bagian selatan. Karena tingkat keamanan dan ketentraman yang begitu tinggi di kamp pengungsian Alu Yasir dan daerah-daerah yang dikendalikan oleh mujahidin, tak heran apabila ribuan keluarga berbondong-bondong mengungsi ke kamp Alu Yasir dalam hitungan harian. Dalam bulan Juli dan Agustus 2011 saja, lebih dari 2400 keluarga meninggalkan kamp pengungsian IDP di Mogadishu dan beralih mengungsi ke kamp pengungsian Alu Yasir.
Sumber : Arrahmah.com

Minggu, 26 Juni 2011

Pidato Jihad Bung Tomo – Deklarasi Jihad Ulama Sejawa Yang Dihilangkan "18 August 2010"



Beliau bernama Sutomo. Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 . Meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada usia 61 tahun. Beliau lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo. Beliau adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA yang membonceng tentara Sekutu (Inggris), yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Tidak ada satu pun kalimat yang menyinggung peranan umat Islam di dalam deret diorama pertama Museum Satria Mandala. Padahal, ini salah satu contoh saja, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya dicetuskan oleh Deklarasi Jihad para ulama se-Jawa pada bulan Oktober 1945 untuk bertekad mengusir penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia.
Peranan Bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo dengan pidato jihadnya di depan corong RRI Surabaya, dengan berkali-kali memekikkan takbir “Allahu Akbar” hingga bergema di angkasa Kota Pahlawan itu juga sama sekali tidak disinggung. Padahal nyaris seluruh arek-arek Suroboyo rela berkorban jiwa dan raga karena semata-mata didasari adanya semangat jihad fisabilillah, bukan semangat lainnya.

Ini bukan satu-satunya. Diorama lainnya yang juga secara hambar menggambarkan sejarah perjuangan umat Islam Indonesia adalah diorama tentang Palagan Ambarawa, 15 Desember 1945. Di dalam plat kuning yang berisikan informasi secara garis besar tentang Palagan Ambarawa, tidak ada sedikit pun yang menyinggung tentang peranan para Kiai dan Pasukan Santri yang sesungguhnya merupakan pasukan inti pemukul kekuatan pasukan Inggris, wakil dari pasukan Sekutu, yang baru saja mabuk kemenangan di dalam Perang Dunia II.


Sejarawan Islam dari Bandung, Ahmad Mansyur Suryanegara, mengisahkan, Sejarah kita tidak menuliskan dengan benar soal Palagan Ambarawa. Padahal momentum itu merupakan momentum yang sangat penting, karena ketika itulah pasukan santri yang dipimpin para kiai berhasil memukul mundur pasukan Inggris yang merupakan pasukan pemenang Perang Dunia II. Pasukan santri ini juga berhasil merebut sejumlah benteng peninggalan Belanda dan membuat Sekutu yang dipimpin Mayjen Hawthron, Panglima Divisi India ke-23, pontang-panting melarikan diri menuju kapal-kapal perang mereka yang bersandar di pelabuhan Semarang.”


Inilah Pidato Beliau
Bismillahirrahmanirrahim
Merdeka !!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama, saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang kita rebut dari tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang kepada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda menyerah kepada mereka.
Saudara-saudara, didalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli & seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, didalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini. Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini hai tentara Inggris, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.
Hai tentara Inggris !
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih takluk kepadamu, menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang kita rampas dari Jepang untuk diserahkan kepadamu.
Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekalian akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada. Tetapi inilah jawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah & putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga!
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu.
Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita, saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar, percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar..!
Allahu Akbar..!
Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!

RINGKASAN Peristiwa 10 November

(Pertempuran Surabaya / Battle of Surabaya)

Merupakan bagian dari Perang Kemerdekaan Indonesia dimana Indonesia melawan Britania Raya dan Belanda pada tanggal 27 Oktober – 20 November, 1945 di Surabaya, Indonesia.

Indonesia :
Komandan : Bung Tomo
Kekuatan : 20,000 tentara
Jumlah korban : 16,000.

Sekutu :
Komandan : Brigjen A. W. S. Mallaby dan Mayjen E. C. Mansergh.
Kekuatan : 100,000 pasukan, didukung tank, pesawat tempur, dan kapal perang.
Jumlah korban : 2,000.

            Indonesia tidak pernah dimerdekakan dengan teriakan “kata-kata yang tidak bermakna”. Tapi Indonesia dimerdekakan dengan pekik JIHAD FI SABILILLAH “ALLAHU AKBAR !” Jihad ulama, ustadz, santri & muslim yang melawan penjajah.
SUMBER: http://www.facebook.com/pages/-ISLAM-TERBUKTI-BENAR-/298400792751?v=info

Mengenal Tandzim Negara Islam Indonesia (NII)

Inilah Sang Proklamator Negara Islam Indonesia
IMAM ASY SYAHID SEKARMAJI MARIDJAN KARTO SUWIRYO

Tanggal 7-Agustus 1949 umat Islam bangsa Indonesia mamproklamasikan NII sebagai suatu realisasi hasil konggres cisayong tersebut. Sebagai suatu reaksi dari proklamasi NII yang diproklamirkan Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo sebagai Imam NII. Pihak belanda memandang proklamasi itu sangat berbahaya bagi belanda. Pihak belanda memahami nilai ideologi musuh barunya ini ketimbang pemerintahan jogja. Bahwa kubu NII ’49 adalah lebih ber-ideologis dibanding dengan musuh terdahulu. Belanda yakin bahwa terhadap NII tidak dapat disodorkan perjanjian seperti linggarjati dan renville,kaum penjajah itu sadar bahwa untuk menghadapi NII tidak bisa dihadapi belanda secara langsung kondfrontasi terhadapat negara yang berasaskan agama yang dianut oleh mayoritas bangsa indonesia berarti menanggung resiko perang yang berkelanjutan, dan merupan kerugian bagi pihak Nederland maka sebagai jalan keluarnya digunakan kembali politik devide of impera, Nederland memecah belah bangsa indonesia menjadi dua kekuatan yang bertentangan yakni NII dan kubu Nasianalis RI yogyakarta yang disokong belanda supaya menolak dan melawan terhadap NII.
Terbuktilah hal diatas itu bahwa dalam tujuan menghancurkan jalur proklamasi 7 Agustus 1949 itu, Belanda berunding dengan pihak Nasionalis skuler pada tanggal 23 Agustus-2 September 1949 dalam hal berdirinya apa yang mereka namakan Republik Indonesia Serikat (RIS), dengan selubung UNI Nederland – Indonesia yang mana dimaksudkan sebagai pancingan terhadap NII agar pengaruh dan kekuasaannya menyusut. Dan masyarakat yang awam terhadap agama, supaya memihak negara ‘Boneka’ hasil dari konsesus dengan belanda, sehingga hukum2 peninggalan kaum kafirin itu tetap berlaku di Indonesia. Kaum nasionalis sekuler telah bersedia menerima pembentukan RIS oleh Belanda. Hal itu merupakan bukti pula bahwa yang mereka namakan RI (17-08-1945) itu secara hukum sudah tidak ada lagi. Dan menyerah kepada Belanda. Akhirnya, maka sejak itu bahwa musuh yang dihadapi belanda ataupun oleh kubu nasionalis sekuler hanyalah NII. Nyata sekali bahwa antara pihak imperialis dan pihak nasionalis sekuler dalam menciptakan UNI Nederland – Indonesia beserta RIS-nya adalah mempunyai tujuan yang sama ialah guna menghadapi perlawanan terhadap kubu NII, proklamasi 7 Agustus 1949, sehingga hukum Islam tidak bisa diberlakukan di Indonesia.
Th 1959 TII di embargo dengan operasi pagar betis oleh TNI sampai tahun 1962 dan tanggal 4 juni 1962 imam NII tertangkap dalam keadaan sakit parah,menyusul berkhianatnya beberapa panglima.disusul dg IKRAR KESETIAAN 32 ORG MANTAN PIMPINAN NII. Maka NII memasuki babak baru kondisi perejalanaan perjuangan yakni :
1) Hilangnya kedaulatan NII.
2) Terampasnya wilayah kekuasaan NII atau wilayah diduduki(Maslubah).
3) Tidak berlakunya hukum islam diseantero wilayah Indonesia
4) Terjajahnya ummat islam bangsa indonesia(musytadl’afiin) 

TEMPAT DISELENGGARAKANNYA KONFERENSI CISAYONG
PADA TGL 12-13 FEBRUARI 1948

Tanggal 12 dan 13 Pebruari 1948 merupakan tonggak perjuangan penegakan kekhalifahan (kedaulatan) kerajaan Allah di mukabumi pasca tumbangnya kekhalifaan Turki Utsmani,dengan berkumpulnya kurang lebih 362 orang ulama di Cisayong yang di kenal dengan “ KONGRES CISAYONG” dan memutuskan 7 program perjuangan :

1) Mendidik rakyat agar cocok menjadi warga negara islam
2) Memberikan penerangan bahwa Islam tidak bisa di menangkan dengan Flebisit.
3) Membentuk daerah basis.
4) Memproklamasikan berdirinya NII .
5) Memperkuat NII kedalam dan keluar, kedalam: Memberlakukan Hukum Islam dengan  seluas-luasnya dan sesempurna-sempurnanya. keluar: Meneguhkan identitas internasionalnya, sehingga mampu berdiri sejajar dengan negara lain.
6) Membanntu perjuangan muslim dinegara negara lain,sehingga mereka segera bisa  melaksanakaan wajib sucinya, sebagai hamba Allah yang menegakan hukum Alloh di bumi  Alloh.
7) Bersama negara–negara Islam yang lain, membentuk Dewan Imamah Dunia untuk
memilih seorang kholifah,dan tegaklah KHILAFAH di muka bumi.

MATA UANG NEGARA ISLAM INDONESIA
 
Sesuai dengan penjelasan singkat pengantar proklamasi no.5 poin a,b,c,d dan poin 6 dan 7 yakni:
5. Insya Allah, Perang Suci atau Revolusi Islam itu akan berjalan terus, hingga :
a) Negara Islam Indonesia berdiri dengan sentausa dan tegak-teguhnya, keluar
dan kedalam, 100% de facto dan de jure, diseluruh indonesia
b) Lenyapnya segala macam penjajahan dan perbudakan
c) Terusirnya segala musuh Allah, musuh agama dan musuh Negara dari
Indonesia dan
d) Hukum-hukum Islam berlaku dengan sempurnanya diseluruh Negara Islam
Indonesia.
6. Selama itu NII merupakan : NEGARA ISLAM DIMASA PERANG atau WAQTIL
HARBI.
7. Maka segala hukum yang berlaku dalam masa itu, didalam lingkungan NII, ialah HUKUM
ISLAM DIMASA PERANG.

Maka menurut keyakinan Umat Islam Bangsa Indonesia berdasarkan Qs.Al Hajj ayat 39 “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”, NII dalam keadaan diperangi maka otomatis bagi seluruh warga yang ada didalamnya diijinkan bahkan diwajibkan untuk berperang (Qs. 2:216). Inilah kondisi riil secara idiologis keberadaan NII hari ini.

Negara Islam Indonesia telah diproklamirkan oleh As-Syahid Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada tanggal 7 Agustus 1949. Dimana bunyi proklamasi Negara Islam Indonesia adalah sebagai berikut :

TEKS PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA YANG ASLI

PROKLAMASI
Berdirinya Negara Islam Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan Mahunya Allah Yang Maha Pemurah, Maha Penyanyang
Ashhadu alla ilaha illallah, wa ashhadu anna Muhammadarrasulullah

Kami, UMAT ISLAM(U) bangsa Indonesia
Menyatakan Berdirinya NEGARA ISLAM INDONESIA(M)
Maka Hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu, ialah HUKUM ISLAM(R)
 
Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar !
Atas nama Ummat Islam Bangsa Indonesia
IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA

ttd
S.M. KARTOSOEWIRJO

Madinah - Indonesia,
12 Syawal 1368 / 7 Agustus 1949.


Tanggal 7 agustus 1949 adalah bertepatan dengan Bung Hatta pergi ke Belanda untuk mengadakan perundingan Meja Bundar, yang berakhir dengan kekecewaan. Dimana hasil perundingan tersebut adalah Irian Barat tidak dimasukkan kedalam penyerahan kedaulatan Indonesia, lapangan ekonomi masih dipegang oleh kapitalis barat.
Negara Islam Indonesia diproklamirkan di daerah yang dikuasai oleh Tentara Belanda, yaitu daerah Jawa Barat yang ditinggalkan oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) ke Jogya. Sebab daerah de-facto R.I. pada saat itu hanya terdiri dari Yogyakarta dan kurang lebih 7 Kabupaten saja ( menurut fakta-fakta perundingan/kompromis dengan Kerajaan Belanda; perjanjian Linggarjati tahun 1947 hasilnya de-facto R.I. tinggal pulau Jawa dan Madura, sedang perjanjian Renville pada tahun 1948, de-facto R.I. adalah hanya terdiri dari Yogyakarta). Seluruh kepulauan Indonesia termasuk Jawa Barat kesemuanya masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda. Jadi tidaklah benar kalau ada yang mengatakan bahwa Negara Islam Indonesia didirikan dan diproklamirkan didalam negara Republik Indonesia. Negara Islam Indonesia didirikan di daerah yang masih dikuasai oleh Kerajaan Belanda.
Negara Islam Indonesia dengan organisasinya Darul Islam dan tentaranya yang dikenal dengan nama Tentara Islam Indonesia dihantam habis-habisan oleh Regim Soekarno yang didukung oleh partai komunis Indonesia(PKI). Sedangkan Masyumi (Majelis syura muslimin Indonesia) tidak ikut menghantam, hanya tidak mendukung, walaupun organisasi Darul Islam yang pada mulanya bernama Majlis Islam adalah organisasi dibawah Masyumi yang kemudian memisahkan diri. Seorang tokoh besar dari Masyumi almarhum M Isa Anshary pada tahun 1951 menyatakan bahwa "Tidak ada seorang muslimpun, bangsa apa dan dimana juga dia berada yang tidak bercita-cita Darul Islam. Hanya orang yang sudah bejad moral, iman dan Islam-nya, yang tidak menyetujui berdirinya Negara Islam Indonesia. Hanya jalan dan cara memperjuangkan idiologi itu terdapat persimpangan dan perbedaan. Jalan bersimpang jauh. Yang satu berjuang dalam batas-batas hukum, secara legal dan parlementer, itulah Masyumi. Yang lain berjuang dengan alat senjata, mendirikan negara dalam negara, itulah Darul Islam" (majalah Hikmah, 1951).
Ketika Masyumi memegang pemerintahan, M Natsir mengirimkan surat kepada SM Kartosoewirjo untuk mengajak beliau dan kawan-kawan yang ada di gunung untuk kembali berjuang dalam batas-batas hukum negara yang ada. Namun M Natsir mendapat jawaban dari SM Kartosoewirjo "Barangkali saudara belum menerima proklamasi kami"(majalah Hikmah, 1951).
Setelah Imam Negara Islam Indonesia S.M. Kartosoewirjo tertangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1962 regim Soekarno dengan dibantu oleh PKI yang diteruskan oleh regim Soeharto dengan ABRI-nya telah membungkam Negara Islam Indonesia sampai sekarang dengan pola yang sama. Pola tersebut adalah dengan cara menugaskan bawahannya untuk melakukan pengrusakan, setelah melakukan pengrusakkan bawahan tersebut "bernyanyi" bahwa dia adalah anggota kelompok Islam tertentu. Atau melakukan pengrusakan dengan menggunakan atribut Islam. Menurut salah seorang kapten yang kini masih hidup, dan mungkin saksi hidup yang lainnya pun masih banyak, bahwa ada perbedaan antara DI pengrusak dan DI Kartosuwiryo yakni attribut yang dipergunakan oleh DI pengrusak (buatan Sukarno) berwarna merah sedangkan DI Kartosuwiryo adalah hijau. Sebenarnya Negara Islam Indonesia masih ada dan tetap ada, walaupun sebagian anggota-anggota Darul Islam sudah pada meninggal, namun ide Negara Islam Indonesia masih tetap bersinar di muka bumi Indonesia*.*

Minggu, 08 Mei 2011

Fatwa Ustadz Abu : Kapolri, Jaksa Agung, dan Ketua Mahkamah Agung Murtad!

                Ada hal yang amat penting saat pembacaan eksepsi dalam sidang ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang digelar hari kamis (24/2) kemarin. Dalam pembacaan eksepsi tersebut Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menyatakan bahwa Hakim, JPU termasuk Densus 88 yang beragama Islam telah murtad dari Islam. Pasalnya mereka tidak menghiraukan tadzkiroh ustadz Abu Bakar Ba’asyir untuk tidak menuntut mereka yang melakukan ibadah I’dad di Aceh dengan pasal terorisme. Mengingat syari’at i’dad begitu gamblang dalam Surat Al-Anfal ayat 60, maka menuntut orang yang melaksanakan i’dad dengan dakwaan teroris sama dengan mengolok-olok Allah dan RasulNya. Berikut kutipan eksepsi yang disampaikan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir: 

            “Saya sudah peringatkan hal ini kepada kapolri, jaksa agung, ketua mahkamah agung dan Ka.Densus 88 agar mencabut tuduhan ibadah i’dad di Aceh ini sebagai perbuatan teror karena tuduhan itu berarti melecehkan Allah, rasulNya dan ayat-ayatNya dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Dan agar mengingatkan bawahannya masing-masing agar tidak menuduh ibadah I’dan di Aceh sebagai perbuatan teror dan memperlakukan pemuda-pemuda Islam yang mengamalkan I’dad itu dengan ketentuan syariat. Tetapi tadzkiroh saya tidak dihiraukan, buktinya bawahan mereka mengikuti jejak densus 88. Para jaksa mendakwa orang-orang yang ibadah I’dad di Aceh dengan undang-undang teroris, para hakim pun mengadili dengan undang-undang teroris, ini berarti kapolri, jaksa agung dan ketua mahkamah agung dalam menilai ibadah I’dad di Aceh sebagai perbuatan teror sependapat dengan musuh Allah densus 88. Maka saya yakin bahwa kapolri, jaksa agung dan ketua mahkamah agung juga melecehkan Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya, maka berdasarkan ayat dalam surat At-Taubah ayat 65-66 yang tersebut di atas mereka dinyatakan murtad. (Na’udlu billah min dzalik). Demikian pula tim jaksa yang mendakwa orang yang mengamalkan ibadah I’dad di Aceh dan majelis hakim yang mengadili mereka dengan udang-undang teroris juga tersangkut perbuatan terkutuk meleceh Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya, maka mereka terkena keputusan Allah menjadi murtad. Mungkin tim jaksa dan majelis hakim beralasan hanya melaksanakan ketentuan atasan. Alasan ini tidak diterima oleh Allah, sebab dalam Islam ada ketentuan dalam perintah dan ketentuan-ketentuan atasan bila maksiat tidak boleh ditaati. 

                Ibnu Umar meriwayatkan bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “mendengar dan taat (kepada amir/atasan) wajib atas muslim baik dalam keadaan senang atau tidak senang selama tidak diperintah dalam kemaksiatan, apabila diperintah dalam kemaksiatan tidak boleh mendengar dan (tidak boleh) taat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kalau nekat mentaati perintah pimpinan yang jelas maksiat akan menyesal diakherat kelak, seperti diterangkan oleh Allah Ta’ala dalam firmanNya : 

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرً

Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andaikata Kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata:”Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar Kami, lalu mereka menyesatkan Kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan Kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. 
(QS. Al-Ahzab : 66-68)

Dan FirmanNya :

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلًا يَا وَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا

Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul”. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. 
(QS. Al-Furqan: 27-29) 

             Dalam persoalan ibadah i’dad di Aceh ini maka terjadi adalah jaksa menuntut hukuman bagi orang yang sedang ber-ibadah dan hakim menghukum orang yang sedang ber-ibadah bahkan orang yang sedang beribadah ini dilecehkan sebagai teroris sungguh besar dosa anda.” 

            Demikian pernyataan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam eksepsinya yang beliau bacakan sendiri dalam sidang di PN Jaksel. Dan perlu diketahui bahwa begitu banyak konsekwensi bagi orang yang murtad baik di dunia maupun di akhirat, diantaranya adalah halal darahnya sebagaimana sabda Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam;

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
 وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ النَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالثَّيِّبُ الزَّانِي وَالْمَارِقُ مِنْ الدِّينِ التَّارِكُ لِلْجَمَاعَةِ

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Tidak halal darahnya orang muslim yang bersaksi tiada tuhan yang berhak diibadati selain Allah dan aku adalah rasul Allah kecuali dengan salah satu dari tiga hal; zina muhshan, qishash, keluar dari Islam”. 
(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Selasa, 05 April 2011

Nasyid : Bidadariku

(Cpt. Mitsu IQRA’)

Rindu hati ini
Mendamba seorang bidadari
Yang bisa menemati perjuangan
Tuk tegakkan kalimat Tuhan

Kini ku bersabar
Untuk mendapatkan dirimu
Agar kelak, lebih terasa indahnya
Insya Allah, kan di restui

Reff
Walau kau jauh, di ujung sana
Walau ku jauh di ujung sini
Namun ku yakin suatu saat nanti
Allah pertemukan kita

Walau ku tak tahu siapa dirimu
Walau ku tak tahu seperti apa wajahmu
Namun ku yakin kaulah yang terbaik
Wahai bidadariku

Sabtu, 12 Maret 2011

Izinkan Aku Istirahat Sejenak


Assalamu’alaikum wr.wb
Shahabat saya yang baik. Semoga tiap nafas yang terus masuk dan keluar, semakin menambah rasa syukur kita kepada Allah swt. Mudah-mudahan pertemuan kita lewat tulisan ini, menambah keeratan nan merekat ukhuwah kita.

Sebentar lagi, saya akan sharing kisah imajinatif fikiran kreatif saya. Jadi, sebelumnya saya menyampaikan, ini bukanlah kisah sebenarnya. Hanya coretan seperti masa di Sekolah Dasar dulu, Saat guru Bahasa Indonesia meminta saya untuk mengarang bebas. Tapi, jikapun itu seakan nyata, tiada maksud untuk menyindir atau menjustifikasi siapapun. Harapan saya, kisah imanjinatif ini menjadi pembelajaran bagi saya, semoga juga untuk Anda.

Coretan ini berawal dari saya membaca buku terbaru Pak Gede Prama. Pencerahan Dalam Perjalanan. Ada satu tema yang beliau bahas di buku tersebut, berkesan bagi saya. ”Kembali Sifat Alami Masing-Masing”. Tema ini sungguh menyadarkan saya untuk selalu waspada dan sadar dengan aktivitas kekinian yang sedang saya kerjakan, supaya tidak berjalan tanpa makna.

Izinkan Aku Istirahat Sejenak

(Oleh :


Kisah Imajinatif


Sungguh kehidupan ini terkadang membuat kita terus berlari-berlari tanpa jeda. Usia 3 tahun orang tua sudah mencari-cari tempat bermain untuk anak-anaknya. Sekarang dikenal dengan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Setelah itu masuk ke TK A-B. Selang 2-3 tahun kemudian, orang tua sudah mulai mencari-cari sekolah terbaik buat buah hatinya.

Gong perlarian mulai didentumkan. Tuntutan menjadi juara dan pluit kompetisi semakin sering terdengar di telinga si anak. Enam tahun kemudian, orang tua mewanti-wanti agar belajar yang rajin dan sungguh-sungguh, itu semua beralasan untuk masa depan si anak, supaya mudah masuk kejenjang sekolah selanjutnya.

Sang anak sekarang mulai memasuki medan persaingan baru, teman-temannya juga baru. Aneka jenis pertandingan yang mesti dia menangkanpun, berbeda dengan masa di Sekolah Dasar dulu. Namun ada satu yang tetap sama, juara kelas. Sehingga, untuk mendapatkan itu, sang anak dibawa lari oleh tuntutan mengikuti pelajaran tambahan setelah selesai sekolah. Ada yang ikutan bimbingan belajar, adapula yang guru pengajar diundang kerumah, bagi orang tua yang mampu.

Berapa tahun berlalu, tanpa disadari, tiba-tiba sudah berhadapan lagi dengan Ujian Nasional. Tingkat kosentrasi yang berujung stresspun mulai menyapa, karena berbagai harapan dan gambaran-gambaran ketakutan dihadapkan kepadanya.

Setelah lulus, sang Anak mulai dilanjutkan lagi ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Dia mulai merasakan suatu emosi yang terus bergejolak meledak-meledak dalam dirinya, dia tidak tau perasaan apa itu. Perasaan itu khusus hadir saat mendengar, melihat dan berdekatan dengan lawan jenisnya. Ia mengabaikannya, karena teringat kembali dengan program ”Belajar yang rajin, belajar..belajar..belajar agar jadi juara” yang ditanamkan oleh orang tuanya.

Tiga tahun belalu, kehidupan sianak hanya dipenuhi dengan belajar-belajar dan belajar. Ia terus berlari-berlari dengan sang target. Sekarang sang anak memasuki dunia kompetisi baru lagi, namun lebih fleksible. Karena tempat baru ini, mempunyai pilihan yang lebih banyak dalam mengambil tindakannya. Kompetisi di arena Perguruan Tinggi.

Karena si anak sudah terlatih semenjak kecil, yang sudah habitut baginya, belajar-belajar dan terus belajar, sehingga ia agak berbeda dengan teman-temannya yang lain. Teman-temannya tidak semuanya sibuk seperti dia. Ada ikut kegiatan menyanyi dan menari, olah raga, jurnalistik, lembaga dakwah kampus, bisnis dll. Sementara sang Anak yang sudah dewasa itu, aktivitasnya adalah rumah, kampus dan perpustakaan.

Akhirnya ia lulus dengan nilai terbaik sebagai sang juara diangkatannya, Cumlaude. Kehidupan belum berakhir, malah seakan-akan semakin dimulai. Setelah lulus, Ia pun melamar pekerjaan. Alhamdulillah dia diterima ditempat kerja yang bonafide, sekaligus arena perlombaan dan kompetisi baru baginya. Di arena ini tidak kalah menarik dari ring-ring kompetisi yang telah ia menangkan. Seperti, setiap hari senin, meeting mingguan sebagai progres pekerjaan yang telah dilakukan bersama team dan bosnya. Telinga nya tidak pernah luput mendengar kata-kata target...target...target... dari atasannya.

Target demi target ia lampaui. Suatu hari saat pulang kerumah bertemu orang tuanya. Ia mendengar pertanyaan, ”Kapan kamu menikah?” pertanyaan itupun menambah target baru dalam hidupnya. Ia pun mencari dan mencari serta mencocokkan antara kriterianya dan juga masuk kriteria orang tuanya.

Setelah pencarian berlangsung, dia menemukan pedamping hidupnya. Pernikahan pun berlangsung. Sementara di arena kerja, di kantor dia terus mengejar target untuk menaiki jenjang lebih tinggi. Menjadi Manager, Kepala Cabang hingga menjadi Direktur. Seiring waktu, tuntutan keluarganya pun semakin bertambah berbarengan tingginya karir yang ia naiki.

Rasa Penyesalan
Sampai suatu ketika, ia duduk disamping sebuah jendela. Melihat kebawah, ada anak-anak yang sedang bermain di taman. Mereka bermain sungguh sangat mengasyikan penuh riang gembira. Muncul pertanyaan dalam dirinya ”Kapan aku akan seperti itu?”.

Ditaman itu ada jalan kecil setapak terbuat dari beton. Di atas jalan tersebut, ia melihat ada lelaki sedang mendorong kereta bayi bersama istrinya sambil mengendong anak mereka. Lagi-lagi ia bertanya dalam dirinya ”Kapan aku akan seperti itu?”.

Dari jendela itupun ia melihat, ada kursi terbuat dari besi. Di kursi tersebut ada seorang kakek dan nenek seusianya, duduk mesra dihampiri oleh anak-anak dan cucunya. Sekali lagi ia bertanya ”Kapan aku seperti itu?”.

Dengan wajah penuh kesedihan. Tiba-tiba ia sadar, sekarang sedang berada di panti jombo. Istrinya sudah lebih dahulu meninggalkan arena perlombaan (meninggal). Diapun tidak tau, dimana anak-anaknya berada dan dimana mereka tinggal. Kemudian, tanpa kuasa dia menahan, air mata mengalir membasahi pipinya. Air mata penyesalan. Karena ia sadar, seharusnya pertanyaan tadi tidak ia tanyakan. Sebab ia sudah melampauinya semua. Namun, tidak pernah dia luangkan waktu untuk menikmatinya. Akhirnya, ia berujar kepada dirinya sendiri ”Izinkan aku istirahat sejenak”. Dia pun menutup mata dan beristirahat selamanya, dalam jiwa penuh penyesalan.

Ciganjur, 3 Maret 2011

Selasa, 08 Februari 2011

Misi Pluralisme "Ayat - Ayat Cinta"


Pesona Novel Ayat-ayat Cinta, telah menjulangkan nama penulisnya, Habiburrahman el-Shirazy, ke posisi Tokoh Perubahan 2007 versi Republika. Seperti sastrawan dan budayawan Mesir Mahmud Abbas al-Aqqad, Thaha Husein dan lainnya, yang menjadi makelar zionis melalui gagasan multikultural dan multikeyakinan. Agen zionis, memang tidak pernah kehilangan cara untuk menemukan kaki tangan di bidang sastra dan budaya. Membaca novel ayat ayat cinta menyisakan beragam kesan. Mungkinkah penulisnya dianggap figur yang tepat sebagai makelar zionisme melalui misi pluralisme agama?

LAHIR di Sema-rang, Kamis 30 September 1976, Habiburrahman el-Shi-razy, memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen; sambil belajar kitab ku-ning di Pondok Pesantren Al-Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir Ham-zah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Prog-ram Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995.

Setelah itu melanjut-kan pelajaran ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ha-dits di Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgra-duate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Stu-dies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri. Kembali ke tanah air pada pertenga-han Oktober 2002, ia di-minta ikut mentashih Ka-mus Populer Arab-Indo-nesia yang di-susun oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pus-taka Jakarta, (Juni 2003). Ia juga menjadi kontributor pe-nyusunan En-siklopedi Intelektualisme Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikiran-nya, (terdiri atas tiga jilid di terbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003).

Antara tahun 2003-2004, ia mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogja-karta. Selanjutnya sejak tahun 2004 hingga 2006, ia menjadi dosen Lem-baga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam Abu Ba-kar Ash Shiddiq UMS Surakarta. Saat ini ia mendedikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendi-dikan lewat karya-karya-nya dan pesantren Karya dan Wirausaha Basmala Indonesia bersama adik dan temannya.

Dengan reputasi de-mikian, beralasan bila se-bagian pembaca mengido-lakannya bagai HAMKA Muda. Seperti juga dalam bidang pemikiran dan politik, khalayak Indonesia pernah menyematkan nama Natsir Muda pada diri Nurcholish Madjid. Apalagi penulis 'Ayat-ayat Cinta' cukup berprestasi internasional yang lama menimba ilmu di al-Azhar Mesir, dan akrab dengan budayawan serta novelis di Mesir yang terkenal se-bagai sarang pembinaan zionis.  Touris dan Dzimmi

Begitu gegap gempita publikasi Novel Ayat-ayat Cinta, menyebabkan ba-nyak pembaca kehilangan daya kritis. Sehingga nyala api pluralisme menerobos masuk imajinasi penulis, tak dirasa adanya. Pada mulanya, barangkali se-kadar titipan ide, namun je-las titipan dimaksud men-jadi ide sentral rangkaian kisah cerita Novel Ayat-ayat Cinta.

Pada bagian ketiga di bawah judul 'Kejadian di Dalam Metro' misalnya, berlangsung cekcok an-tara rombongan turis Amerika dengan pe-numpang asli Mesir yang meledakkan ama-rahnya pada bule-bule itu, sebagai ganti kejengkelan mereka pada pemerintah Amerika yang aro-gan dan mem-bantai umat Islam di Afghanistan, Iraq, dan Pales-tina. Namun, dalam cekcok ter-sebut penulis menyalah-kan orang Mesir, dan memosisikan touris kafir yang berkunjung kenegara-negara berpenduduk Islam seperti Mesir sebagai ahlu dzimmah yang memiliki hak-hak kekebalan diplo-matik, dengan manipulasi dalil agama. “Ahlu dzim-mah adalah semua non Muslim yang berada di dalam negara kaum Mus-limin, masuk secara legal, membayar visa, punya pas-por, hukumnya sama de-ngan ahlu dzimmah, da-rah dan kehormata n mereka harus dilindungi,” katanya.

Sebagai pembenaran atas pembelaannya pada bule Amerika itu, penulis mencomot sebuah hadits: “Barangsiapa menyakiti orang dzimmi, dia telah menyakiti diriku, dan siapa yang menyakiti diriku ber-arti dia menyakiti Allah.”

Padahal, menempat-kan touris asing sebagai dzimmi di negeri Muslim bukan saja tidak memiliki argumentasi syar'iyah, te-tapi juga merusak tatanan syar'i secara keseluruhan. Persoalannya, bukan pada perlakuan kasar atau halus terhadap touris, melainkan pada posisi yang disemat-kan, bahwa touris tidak sama dengan ahlu dzim--mah, baik hak maupun kewajibannya. Pem-bayaran visa tidak bisa di-samakan dengan jizyah. Sebab, legalitas hukum bagi touris dan ahlu dzimmah memiliki per-bedaan-per-bedaan sehingga mengakibatkan konsekuensi hukum yang berbeda pula.

Perbedaan itu antara lain: Pertama, Ahludz dzimmah (dzimmi) adalah orang kafir yang menjadi warganegara Negara Islam. Sedangkan touris tidak memiliki hak ke-warganegaraan, dan hanya memiliki hak pelayanan sebagai tamu.

Kedua, Dzimmi mem-punyai hak dan kewajiban sebagai warga negara. Bila-mana pemerintah tidak bisa memenuhi hak ke-warganegaraan orang dzimmi, maka mereka tidak wajib lagi membayar jizyah (pajak). Sedangkan pembayaran visa touris yang berkunjung ke sebuah negara Islam tidak dapat dianggap sebagai jizyah, karena orang Islam yang bukan penduduk negara yang dikunjunginya juga harus membayar visa. Apakah orang Islam yang berkunjung ke negara Islam juga dianggap dzim-mi oleh pemerintah negara tempat dia berwisata?

Ketiga, pada keadaan darurat, pemerintah negara Islam dapat mewajibkan penduduk dzimmi untuk menjalani wajib militer. Berbeda dengan touris, apabila datang ke suatu negara yang sedang dalam keadaan darurat perang ti-dak bisa dipaksa ikut wajib militer bagi negeri yang di-kunjunginya.
Perbedaan prinsip di atas, nampaknya kurang di-pahami oleh penulis novel, dan lebih terpesona dengan misi kemanusiaan global yang menjadi gerak nafas pluralisme; sehingga meng-hilangkan kewaspadaan. Boleh jadi touris itu justru musuh yang sedang menya-mar, meneliti, atau men-jalankan misi intelijen. Novelis muda lulusan filsa-fat Al-Azhar Cairo itu, ber-gaya ulama besar ahli fiqih dan ahli hadits berkaliber dunia, lalu mengintroduksi hadits dzimmi sebagai 'ijti-had cemerlang'.

Untuk menetralisir kecurigaan, dan menang-kal virus berbahaya ter-utama bagi pembaca muda yang jadi sasaran utama novel ini, sebenarnya penu-lis dapat mengimbanginya dengan wacana pemikiran yang adil, bahwa dalam ba-nyak kasus kedatangan touris-touris kafir di negeri Islam membawa dampak kerusakan moral dan sosial di tengah masyarakat muslim. Bahkan sebagian sengaja disusupkan se-bagai mata-mata ter-selubung. Fakta ini dapat terlihat jelas dan ditemu-kan oleh para pejabat intelijen negara bahwa touris biasa dipakai kedok oleh para agen intelijen untuk menjalankan ope-rasinya. Namun, penulis lebih mendahulukan 'baik sangka' daripada was-pada, suatu sikap yang telah membuat umat Islam berulangkali tertipu dan dininabobokkan gagasan harmonisasi an-tar umat beragama, tanpa mempertimbangkan aki-batnya yang berbahaya.

Namun penulis alfa melakukannya. Maka, tidak aneh bila terdapat pembaca kritis mem-pertanyakan, misi siapa yang hendak dipasarkan oleh penulis di balik novelnya yang best seller tersebut? Dilihat dari simplifikasi penggunaan dalil-dalil agama untuk menopang argumentasi, dan memanipulasi tujuan politik yang halus, me-rupakan ciri khas kom-prador zionisme yang ber-gentayangan di tengah-te-ngah masyarakat Muslim. Maka bukan mustahil, Novel Ayat-ayat Cinta yang sudah 30 kali cetak ulang dengan tiras 500 ribu eksemplar, menjadi pembuluh darah halus yang mengalirkan misi pluralisme agama yang telah diformat oleh zionis-me internasional dan di-pasarkan di tengah-tengah masyarakat Muslim Indo-nesia.

Tanpa pretensi 'buruk sangka' terhadap novelis muda Habiburrahman, ki-sah sampingan yang di-tampilkan berkaitan de-ngan touris Amerika itu, kita perlu mewaspadai adanya celupan misi zionis dalam obrolan seperti Kejadian di Dalam Metro itu. Sudah banyak pemuda yang diperalat untuk mengembangkan faham toleransi dan pluralisme agama melalui tokoh-tokoh Indonesia yang di-anggap cemerlang dan ber-pengaruh.

Wallahu Alam Bishawab